Rumah Modular: Menjawab Tantangan Hunian Berkelanjutan yang Cepat, Aman dan Minim Sampah
Membangun rumah ibarat membangun peradaban. Tidak heran jika seiring perkembangan jaman, generasi kekinian mulai melirik konsep hunian berkelanjutan yang lebih fungsional dan ramah lingkungan. Semacam tak masalah memiliki rumah kecil asal fungsi, sirkulasi dan jarak tempat tinggal dengan lokasi kerja atau tempat beraktivitas sehari-hari terbilang dekat. Soal renovasi atau tambahan desain yang mungkin diperlukan dapat disesuaikan lagi dengan anggaran yang sudah dipersiapkan.
Pilihan yang demikian bukan tanpa alasan. Jika dihitung ulang, tipe hunian yang fungsional dan ramah lingkungan ternyata cukup efisien menekan ongkos pembangunan sekaligus biaya pemeliharaan yang harus dikeluarkan setiap bulannya. Ukuran rumah yang sesuai kebutuhan juga dapat meminimalisir pembelian perabotan yang berlebihan. Sedangkan pemilihan material dan desain yang bersahabat dengan alam dapat memaksimalkan penangkapan cahaya dan sirkulasi udara sehingga dapat meminimalisir penggunaan lampu maupun AC.
Paparan menarik di atas saya temukan saat menghadiri salah satu acara Talkshow Tempo Media Week 2023 yang kali ini mengambil tema tentang “Rumah Modular Sebagai Alternatif Perumahan Masa Kini yang Ramah Lingkungan”.
Acara yang dihelat pada hari Rabu, tanggal 1 Maret 2023 lalu tersebut menghadirkan empat narasumber mumpuni yang bergerak di industri hijau. Yang pertama ada Bapak Iwan Prijanto selaku Ketua Umum Green Council. Lalu ada Bapak Dwi Wanto selaku Vice Presiden of Engineering dari PT Waskita Beton Precast Tbk. Yang ketiga ada Bapak Novriansyah Yakub selaku Arsitek Rumah Modular. Dan yang terakhir ada Bapak Tri Resandi selaku Desain Planning PT Panasonic Home Deltamas.
Efek Konstruksi Bagi Kesehatan Bumi
“Sektor konstruksi menyumbang hingga 38% dari total emisi karbon dunia, dengan rincian 28% dari aktivitas operasionalnya dan 11% sisanya dari material bangunan, mulai dari produksi, transportasi hingga sampai ke site untuk dipakai dalam proses konstruksi”, papar Iwan, narasumber pembuka dalam Talkshow Tempo Media Week 2023 pada Rabu, 1 Maret 2023 lalu. Persentase sumbangan emisi yang demikian besar tentu menimbulkan efek bagi kesehatan bumi beserta seluruh penduduknya.
Fakta tersebut membuat berbagai pihak berlomba menyelamatkan bumi dengan membangun konstruksi hijau, yang salah satu diantaranya dilakukan dengan membuat hunian yang lebih ramah lingkungan. Sayangnya, menurut World Resource Institute (WRI), pada tahun 2018 silam Indonesia masih menempati peringkat ke-8 negara dengan penghasil emisi karbon. Jadi meski memiliki luas hutan tropis yang besar, ternyata karbon yang Indonesia hasilkan juga tidak kalah tinggi.
Emisi karbon merupakan gas yang dikeluarkan dari hasil pembakaran segala senyawa yang mengandung karbon mulau dari solar, bensin, LPG, serta bahan bakar lainnya. Pendek kata, fenomena emisi karbon merupakan proses pelepasan karbon ke lapisan atmosfer bumi.
Saat ini emisi karbon menjadi salah satu penyumbang terjadinya perubahan iklim karena ditengarai menyebabkan naiknya suhu bumi, yang kita kenal dengan sebutan efek rumah kaca.
Berkaca dari hal inilah Indonesia turut berkomitmen untuk mrngurangi emisi karbon dengan menandatangani Paris Agreement pada 2016 silam. Isi dari Kesepakatan Paris tersebut meliputi upaya 195 negara dalam membatasi kenaikan suhu global sampai di angka minimum 1,5º Celcius dan di bawah 2º Celcius untuk tingkat pra industri serta mengurangi tingkat emisi gas rumah kaca dan aktivitas serupa hingga mencapai target emisi net zero pada 2050 nanti. Namun khusus untuk Indonesia, target emisi net zero mundur 10 tahun, yakni di tahun 2060.
Salah satu komitmen Indonesia untuk mencapai target net zero dilakukan dengan inovasi perumahan hijau, yang satu diantaranya dilakukan melalui pembangunan rumah modular sebagai bagian dari hunian yang berkelanjutan.
Kebutuhan Hunian dari Waktu ke Waktu
Kebutuhan masyarakat akan tempat tinggal mandiri selalu meningkat dari waktu ke waktu. Meski sempat dilanda pandemi, permintaan pasar pada hunian tetap mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Kementerian Perencanaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) mencatat angka backlog atau selisih antara kebutuhan dan persediaan perumahan di Indonesia sebelum COVID-19 yakni di awal tahun 2020 mencapai 7,64 juta unit.
Selanjutnya, berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2020 yang dilakukan pada bulan Maret dan September memperlihatkan bahwa angka backlog perumahan meningkat menjadi 12,75 juta unit. Angka tersebut belum termasuk pertambahan keluarga baru yang mencapai 700-800 ribu per tahun. Bisa dibayangkan bukan besarnya “pekerjaan rumah” berbagai stakeholder yang berkaitan dengan penyedia perumahan bagi masyarakat kita?
Tantangan pembangunan yang demikian memaksa penyedia perumahan rakyat untuk selalu berinovasi dalam menentukan metode pembangunan perumahan yang cepat, tepat guna dan terjangkau, lengkap dengan standardisasi keamanan yang mumpuni. Maklum, Indonesia termasuk negara yang rawan akan bencana alam karena secara geografis memiliki banyak gunung api aktif, juga sesar gempa yang selalu mencari titik keseimbangannya masing-masing. Dari berbagai permasalahan di atas, lahirlah sebuah inovasi pembangunan rumah berkelanjutan yang dikenal luas dengan sebutan rumah modular.
Seperti halnya bidang elektronik dan otomotif, kini bidang konstruksi juga terus mengalami perkembangan menuju sistem pabrikasi. Nantinya pembangunan rumah modular ini dapat dilakukan dengan cara yang lebih cepat dan efisien melalui proses perakitan modul-modul pabrikasi di lokasi yang telah ditentukan. Mudahnya seperti membentuk bangunan layaknya merakit dalam permainan lego. Menarik, bukan? Yuk kenalan lebih dekat dengan konsep rumah modular ini.
Lebih Dekat dengan Rumah Modular
Modular merupakan istilah untuk menyebut komponen-komponen pembuatan gedung yang dibuat secara pabrikasi. Teknologi ini memungkinkan seseorang untuk membangun rumah dalam hitungan hari karena modul-modul yang diperlukan tinggal didistribusikan lalu dirakit di lokasi yang sudah ditentukan. Sungguh sebuah inovasi yang menarik sekali untuk dipelajari lebih lanjut. Apalagi bagi generasi milenial seperti saya yang sudah cukup lama memendam keinginan untuk memiliki hunian atas nama sendiri.
Diluar dugaan, ternyata cikal-bakal konsep pembangunan rumah modular sudah ada di Indonesia sejak jaman dahulu. Hal tersebut dapat terlihat dari peninggalan candi yang tersebar di berbagai pelosok nusantara. Seperti yang kita ketahui bersama, candi dibangun dari modul-modul berupa batu dengan berbagai ukuran. Dengan “pengikat” menggunakan pasak-pasak tertentu, bangunan modular dapat bertahan dari goncangan seperti gempa yang kerap melanda Indonesia. Hal ini pula lah yang membuat kekokohan beragam rumah tradisional Indonesia dikenal hingga Benua Eropa.
Dengan perkembangan teknologi terkini, kearifan masa lalu dapat diadopsi menjadi sebuah inovasi yang dapat dinikmati hingga lintas generasi. Satu diantaranya dengan menerapkan proses pembuatan modul pabrikasi yang mumpuni. Apalagi pembangunan menggunakan modul-modul pabrikasi menawarkan berbagai kemudahan dan keuntungan.
Pertama, tentu terkait dengan jaminan kualitas modul. Karena dibuat secara pabrikasi, kualitas material yang digunakan selaku diawasi oleh sistem yang ketat. Selain dapat meminimalisir penyelewengan anggaran, modul pabrikasi dapat menghasilkan mutu yang konsisten di segala cuaca. Berbeda dengan mutu dan kualitas pembangunan rumah secara konvensional yang tergantung pada berbagai parameter, mulai dari cuaca, pengawasan mandor dan berbagai pihak terkait hingga skill tenaga pekerja yang tengah digunakan.
Kedua, pabrikasi berbagai modul yang diperlukan dapat menyederhanakan proses pembangunan rumah hingga 30-40% karena dapat dikerjakan secara paralel dengan jumlah tenaga kerja yang lebih sedikit dari proses pembangunan rumah secara konvensional. Selain itu, pembangunan rumah konvensional juga terbilang lebih kompleks karena semua pekerjaan dikerjakan di lokasi proyek. Karena itulah pembangunan rumah konvensional memerlukan waktu pengerjaan yang lebih lama karena harus dikerjakan secara berurutan. Habis ngecor saja harus nunggu sampai cor-corannya kering dulu, baru bisa masuk ke proses pembangunan yang lain. Belum lagi kalau memasuki musim hujan. Tambah makan waktu lagi.
Ketiga, proses pabrikasi modul membuat kerja-kerja instalasi di proyek rumah modular menjadi lebih sedikit. Dengan demikian, jika disandingkan dengan pembuatan rumah secara konvensional, limbah konstruksi yang dihasilkan dalam pembangunan rumah modular akan jauh lebih sedikit. Tidak ada lagi cerita tentang polusi udara dari proses pencampuran material bangunan, apalagi tentang sisa adonan material yang berakhir mengeras di lokasi proyek.
Dari sinilah konsep pembangunan rumah modular mulai dilirik developer penyedia perumahan, baik yang dinaungi oleh pemerintah maupun pihak swasta. Apalagi konsep pembangunan rumah modular terbilang ramah lingkungan. Selain dapat memilih untuk menggunakan material yang lebih ramah lingkungan, pembangunan modular tidak meninggalkan limbah pasca konstruksi. Di sisi lain, rumah modular juga termasuk bangungan yang tahan gempa karena telah melewati analisa perhitungan dan pengujian sehingga oleh pihak terkait sehingga lebih aman dari bangunan konvensional.
Rumah modular juga didesain untuk terlindungi dari berbagai kerusakan, termasuk resiko kebakaran yang acap kali terjadi di rumah konvensional. Pasalnya modul yang digunakan pada rumah modular dibuat dengan material yang tidak mudah menyulut api. Ketika ada kemungkinan kebakaran maka material ini secara otomatis akan menghentikan proses pembakaran tersebut. Bahan yang digunakan untuk pembuatan modul juga anti air dan kelembapan. Jadi tidak perlu khawatir akan terjadi pertumbuhan jamur dan lumut.
Pendek kata, rumah modular merespon urgensi kita akan kebutuhan pembangunan rumah yang cepat, efisien, aman dan lebih ramah lingkungan. Tidak heran jika pemerintah, dalam hal ini melalui PT. Waskita Beton Precast Tbk begitu serius menggarap pembangunan perumahan dengan konsep rumah modular.
Mengenal Rumah Modular di Indonesia
Kini konsep rumah modular sudah dapat ditemui di beberapa kota di Indonesia. Terdapat pula beberapa penyedia sekaligus pengembang rumah berkonsep modular ini. Satu diantaranya diusung oleh PT. Waskita Beton Precast Tbk. Guna memenuhi backlog perumahan di Indonesia, Waskita Beton mengeluarkan berbagai percontohan rumah modular yang begitu menarik. Satu diantaranya adalah i-Home alias Instan Home. Sesuai dengan namanya, rumah modular tipe 36 ini dapat dibangun dengan enam orang pekerja dalam waktu tujuh hari saja.
Untuk sistem sambungan kering, PT. Waskita Beton Precast Tbk juga mengeluarkan inovasi bertajuk i-Mod alias Instan Modular. Produk i-Mod ini merupakan modul tempat tinggal berukiran 3m x 6m. Dengan sistem sambungan kering, i-Mod dapat dibongkar pasang hingga dipindah sesuai lokasi si pemilik modul.
Selain itu ada pula inovasi berupa Modular Load Bearing Wall, sebutan untuk panel dinding yang dapat diinstal untuk membentuk sebuah bangunan hingga memodifikasi RISHA (Rumah Instan Sederhana Sehat) besutan Balitbang PUPR ingga menjadi lebih modern dan futuristik. Hingga saat ini 3 RISHA yang dibangun di Indonesia, meliputi RISHA di Lombok (2019), RISHA Dormitory (2020) dan RISHA Kupang (2021). Kemudahan pembangunan Unit RISHA juga menjadi penolong saat terjadi bencana alam. Satu diantaranya pernah dipersiapkan usai gempa hebat yang melanda Cianjur beberapa waktu lalu.
Di sisi lain, konsep pembangunan rumah modular juga menarik perhatian berbagai pihak swasta. Novriansyah Yakub selaku Arsitek Rumah Modular memaparkan bahwa konsep rumah modular kini juga diminati para para pebisnis di Indonesia. Jangan heran jika kini kawan-kawan menemui berbagai kafe hingga penginapan dengan konsep unik ini. Apalagi desain bangunan modular sangat bisa dieksplore sesuai kebutuhan market.
Geliat ekonomi hijau dari pembangunan hunian berkonsep modular juga dilirik oleh PT Panasonic Home Deltamas. Tri Resandi selaku Desain Planning PT Panasonic Home Deltamas memaparkan bahwa pembangunan rumah modular dalam skala besar masih berpotensi menghasilkan cuan yang signifikan. Karena itu perusahaannya tetap optimis dalam membuat perumahan berkelanjutan berkonsep modular bernama Savasa Project di kawasan Kota Deltamas, Cikarang.
Dengan berbagai kelebihan yang ditawarkan rumah modular, adakah yang bercita-cita untuk memilikinya juga?
Salam hangat dari Jogja,
-Retno-
Sumber Referensi:
Talkshow Tempo Media Week 2023 dengan tema “Rumah Modular Sebagai Alternatif Perumahan Masa Kini yang Ramah Lingkungan” yang dihelat pada hari Rabu, 1 Maret 2023
https://www.google.com/amp/s/lindungihutan.com/blog/emisi-karbon/%3famp=1
No Comment