Review Novel Yorick, Kisah Nyata yang Memperkenalkan Kita Pada Filosofi Peniti

Sampulnya apik, dicetak pada kertas yang kualitasnya baik. Novel yang ringan, cocok diselipkan saat butuh bacaan di waktu senggang. Begitu kira-kira kesan pertama saat saya berhasil membawa pulang Novel Yorick. Novel besutan Kirana Kejora yang ditulis berdasarkan kisah nyata pemilik Nevsky Prospekt Indonesia.

Saat dibuka, novel ini menawarkan layout yang tidak terlalu rapat sehingga tidak membuat mata pembaca menjadi cepat lelah. Gaya bahasa yang ringan, lengkap dengan alur maju mundur yang cukup cantik membuat novel ini tidak membosankan untuk segera “dihabiskan”. Betul saja, saya hanya butuh waktu sekitar 4 hari untuk menyelesaikan novel bersampul coklat tua ini.

Pelajaran Pertama: Filosofi Peniti

Review Novel Yorick oleh Retno Septyorini

Review Novel Yorick oleh Retno Septyorini

Novel ke-16 karya Kirana Kejora ini mengisahkan perjuangan hidup Yorick, seorang anak Panjalu yang dibesarkan oleh nenek renta bernama Mak Encum. Tidak diceritakan mengapa Yorick kecil hanya hidup berdua dengan sang nenek. Kondisi ekonomi yang morat-marit berdampak pada kehidupan Yorick sewaktu kecil. Fasilitas seadanya yang ia terima sejak usia belia membuat Yorick menjadi pribadi yang minder dan terasingkan. “Mending sendiri daripada ketemu orang”, begitu kira-kira hari-hari yang dilalui Yorick kecil saat hidup di desa.

Pada halaman 30, saya tertegun dengan jawaban Mak Encum saat Yorick bertanya kapan ia bisa punya layang-layang seperti yang dimiliki oleh kawan sebanyanya.

“Jangankan layang-layang. Pabriknya pun kamu bisa punya!”, jawab Mak Encum saat menyemangati Yorick, si cucu ganteng kembali merengek merengek minta mainan namun satupun belum pernah kesampaian. Ya ampun, sedih sekali membaca bagian ini! Di usia yang masih begitu muda, Yorick harus mau menerima kondisi semacam ini.

Di awal cerita, kawan-kawan akan disuguhi rentetan kisah pilu Yorick saat masih duduk di sekolah dasar, mulai dari keinginannya untuk mencicipi lezatnya daging ayam yang harus puas terobati dengan setengah telur ceplok yang ia santap di meja makan, sepatu lungsuran yang bolong dan kebesaran sehingga sebelum dikenakan wajib diberi ganjalan dengan kertas koran, seragam sekolah yang kekecilan hingga kancing pakaian yang harus dipeniti karena tidak punya uang untuk membeli kancing pengganti. Bisa dibayangkan bukan, betapa nelangsanya cerita masa kecil tokoh utama dalam novel setebal 346 halaman ini?

Dengan kondisi demikian, jangan heran jika sat kecil Yorick kerap menerima ejekan sekaligus kejahilan dari teman-teman sebayanya, termasuk oleh Trio Y yang beranggotakan Yayan, Yana dan Yanu. Selain soal layang-layang, sepatu buntutnya yang kebesaran juga pernah menjadi sasaran keisengan yang sukar dilupakan karena satu diantaranya berhasil mendarat sempurna di atap sekolah.

Meski bertabur duka, namun Mbak Kirana tidak lupa menyuguhkan “santapan” yang cukup menggetarkan jiwa. Salah satunya adalah filosofi peniti yang diajarkan Mak Encum pada Yorick yang saat itu masih cemberut karena harus legowo menerima kehadiran peniti di seragam sekolahnya.

“Meski peniti itu kecil, tapi manfaatnya besar”, begitu ucap nenek kesayangan Yorick di suatu pagi.

Pucuk Semangat yang Tak Pernah Reda, Sebuah Pembelajaran dari Yorick si Anak Desa

Review Novel Yorick oleh Retno Septyorini

Review Novel Yorick oleh Retno Septyorini

Rentetan duka yang diterima Yorick tidak berhenti pada perundungan oleh kawan sekolahnya saja. Pasalnya kebahagiaan Yorick bersama nenek kesayangannya tidak bertahan lama. Usia yang tak lagi muda membuat kondisi fisik Mak Encum tak lagi prima.

Semenjak sang nenek sakit cukup parah, kemandirian Yorick kembali ditempa. Puncaknya terjadi di suatu  siang, saat ia mendapati sang nenek hilang dari rumah. Ia tidak tahu kalau nenek yang sudah seperti orang tua kandungnya itu dibawa oleh keluarga besarnya ke Bandung. Meski hatinya gundah, ia tetap berjuang melanjutkan hidupnya di gubuk tua peninggalan orang tersayang dalam hidupnya itu. Panen padi, mencari kayu bakar hingga merebus air ia lakoni sendiri hingga suatu ketika Mak Encum tiba-tiba pulang lalu membawa Yorick untuk tinggal bersamanya di Bandung. Dari titik inilah kisah Yorick semakin menarik untuk diselami.

Meski Yorick tergolong anak penurut, namun tidak demikian dengan penilaian keluarga besar sang nenek. Mereka merasa Yorick adalah benalu yang membuat repot kehidupan Mak Encum. Walau sedemikian dibenci, namun hal semacam ini tidak membuat semangat si anak kasep menjadi mati.

Merasa tidak “jodoh” dengan keluarga saudaranya yang ini, ia memberanikan diri untuk datang meminta bantuan keluarga besarnya yang lain. Walau akhirya diperlakukan serupa dengan keluarga sebelumnya, namun keingintahuan Yorick akan teknologi mulai diberi jalan oleh sang pemilik bumi. Perkenalannya dengan Gilang membuatnya melihat perkembangan dunia luar dari depan layar.

Tak disangka, puluhan tahun kemudian, cerita pedih di masa lalu itu menghantarkan Yorick mendirikan sebuah perusahaan induk bernama Nevsky Prospekt Indonesia, yang terdaftar di Amerika Serikat dan Hongkong dengan nama Nevksy Global LLC dan Nevsky Global Ltd. Sebuah perusahaan yang dibangun untuk memberikan jalan kepada para pelaku kreatif untuk dapat tumbuh dan berkembang bersama di era revolusi industri 4.0 ini. Spoilernya sampai di sini saja ya man-teman. Selebihnya Novel ciamik garapan Mbak Kirana ini bisa dibawa pulang melalui Gramedia terdekat!^^

Menilik Keunggulan dan Kekurangan Novel Yorick

Review Novel Yorick oleh Retno Septyorini

Review Novel Yorick oleh Retno Septyorini

Sesungguhnya novel semacam ini merupakan salah satu genre bacaan yang kerap saya nantikan. Semakin banyak kisah sukses pengusaha Indonesia berhasil disajikan di media, harapannya akan semakin banyak pula inspirasi yang dapat diteguk oleh generasi muda di luar sana. Background Yorick yang berasal dari keluarga kekurangan ternyata tidak membuat semangat belajarnya padam begitu saja. Selain dapat memotivasi pembaca, novel ini menjadi bukti nyata bahwa kesuksesan dapat diraih oleh siapa saja yang tidak lelah untuk memperjuangkannya. Meski tidak terlahir keluarga kaya, tokoh utama di novel ini dapat membuktikannya pada dunia.

Dengan alur cerita yang tidak monoton, rasa-rasanya Mbak Kirana berhasil mengajak pembaca untuk menyelami kisah Yorick sejak kecil hingga pada akhirnya sukses mendirikan kerajaan bisnis yang menggurita hingga ke Benua Amerika sana. Kehidupan Yorick di novel ini diperkenalkan dengan cukup ciamik. Berawal dari cerita di Saint Petersburg, lalu ditarik menuju masa lalu dikawasan Panjalu. Meski duka lara silih menerpa, namun kisah sedih Yorick mampu dinetralisir oleh kehadiran Mak Encum. Bagi saya hal semacam ini penting dilakukan agar kesedihan pembaca tidak memuncak di awal.

Selain itu, salah satu keunggulan novel ini terletak selarasnya sampul novel dengan penggambaran ikatan emosional antara Yorick dan nenek kesayangannya yang tidak tergantikan begitu saja meski tokoh Nevia, gadis yang membuat si tokoh utama berbunga-bunga hadir sebagai pembuka. Satu diantaranya tergambar saat Mak Encum memberi cucunya seekor ayam. Pemberian yang bukan dilakukan sebagai hadiah supitan, hari kelahiran atau pengganti mainan yang belum mampu ia belikan, melainkan karena sang nenek menyadari bahwa tak ada satu pun teman yang hadir di kehidupan cucu kesayangannya itu.

Di sisi lain, novel yang ditulis berdasarkan kisah nyata ini juga memiliki beberapa kekurangan. Satu diantaranya adalah ketidak hadiran sosok orang tua Yorick yang menjadi penyebab mengapa ia harus melewati kehidupan yang kelewat sederhana bersama dengan neneknya. Gambaran orang tua Yorick hanya hadir pada deskripsi tokoh papa yang datang dan pergi secepat “kilat”. Tetiba saja ia hadir di depan Yorick dengan keinginan untuk membawanya menuju ibukota, lalu usai permintaannya ditolak, beberapa saat kemudian sosok ini kembali menghilang tanpa ada kelanjutan cerita.

Selebihnya, kekurangan novel ini hanya bertumpu pada salah penulisan ejaan, penempatan jeda yang kadang terlupa serta beberapa penggambaran panjang yang disajikan dalam satu kalimat saja. Meski tidak mengurangi isi cerita, namun alangkah baiknya jika nantinya novel ini perlu diedit kembali sebelum naik cetak yang selanjutnya.

Semoga novel yang akhirnya berhasil diangkat ke layar lebar ini dapat menjadi inspirasi bagi kita semua dalam meraih cita-cita.

Salam hangat dari Jogja,

-Retno-

Retno Septyorini

Perkenalkan, nama saya Retno Septyorini, biasa dipanggil Retno. Saya seorang content creator dari Jogja. Suka cerita, makan & jalan-jalan. Kalau ke Jogja bisa kabar-kabar ya..

YOU MIGHT ALSO LIKE

No Comment

Leaver your comment