“Berita Lelayu” dan Hal-Hal Lucu di Masa Lalu

Sebut saja Iya. Sahabat saya sejak SMA yang masih keep contact sampai sekarang. Sudahlah jadi teman sekelas, tonti juga bareng, eh, nggak tahunya juga ketrima kuliah di jurusan yang sama. Jadi kalau dihitung-hitung lagi, pertemanan kami sudah lebih dari dua dekade. Macam pertemanan yang sudah saling kenal sampai ke silsilah keluarga.

Bapak saya dan bapak Iya saling kenal sejak jaman SMA. Soalnya sering nunggu bareng waktu njemput latihan tonti. Sedangkan ibu saya dan ibunya Iya mulai kenal karena sempat ngobrol waktu pertemuan wali murid di fakultas tempat dahulu kami bersekolah. Saya dan ibu juga sempat main ke rumah Iya. Intinya kami berdua memang sedekat itu. Begitu pun dengan anggota geng kuliah kami lainnya.

Pagi tadi, saat saya sedang nganter bapak kontrol, tetiba saja Iya mengirimkan berita lelayu. Alih-alih bersedih, saya malah ngakak dibuatnya. Dan saya yakin dia pun melakukan hal serupa. Menertawakan moment tak terlupakan semasa kuliah.

Pohon Duwet Legend (Dokumentasi Iya)
Pohon Duwet Legend (Dokumentasi Iya)

“Say. Berita lelayu. Telah sigar dan rungkat. Wit duwet legend”, pesannya diikuti emotikon senyum. Lalu ditambahkannya sebuah foto yang auto bikin saya ngakak.

Percakapan Absurd
Percakapan Absurd

Pohon duwet yang satu ini memang legend. Minimal dalam ingatan saya pribadi. Ceritanya, dulu, waktu awal-awal kuliah, tiba-tiba saja Iya membawa sekresek buah duwet yang ukurannya terbilang raksasa. Istilahnya duwete tuh mlenuk-mlenuk. Jarang saya temui duwet yang sebesar itu. Saking besarnya, bentuk duwet yang dibawa teman saya ini bentuknya jadi mirip kaya anggur yang lonjong-lonjong itu lho.

Duwet Mlenuk-Mlenuk (Dokumentasi Iya)
Duwet Mlenuk-Mlenuk (Dokumentasi Iya)
Percakapan Absurd
Percakapan Absurd

Kebetulannya lagi, di geng kami, saya jadi satu-satunya anak yang kadar ngemilnya cukup berlebih. Jadi pas disodori buah langka berukuran raksasa, kalaplah saya dibuatnya.

Buah duwet dikenal luas dengan sebutan anggur Jawa. Rasanya dominan asam dengan hint manis yang enak versi lidah saya. Tapi ada juga yang rasanya dominan manis dengan hint rasa asam yang nyegerin. Seingat saya, duwet yang dibawa Iya dua puluh tahun silam itu jenis yang kedua. Selain daging buahnya tebal, rasanya dominan manis dengan sedikit rasa asam yang segar.

Saking “lurusnya” muka dan kelakuan Iya, saya tidak pernah sedikitpun merasa curiga pada segala  gerak-geriknya. Sampai….

“Duwete enak banget, Yak. Mau nitip dong?”.

Mmm, tapi buahnya nggak selalu ada e say”, jawabnya sembari senyam-senyum.

“Beli dimana? Nanti aku tak ke sana sendiri deh”.

Kebetulan rumah kami sama-sama di daerah Bantul. Siapa tahu pas saya pengen, eh bisa nemu. Toh rumah kami juga dekat. Lokasi pasar dekat rumah Iya pun saya tahu.

“Di deket rumah”, jawabnya dengan raut muka cengengesan.

Gandeng Iya ini teman saya sejak SMA. Dan saya hafal betul denah rumahnya yang terletak di kompleks padat penduduk. Maka nyeletuklah saya.

“Depan rumah sudah dikonblok. Pun penuh dengan anggrek-anggrek. Kiri kanan sudah ada rumah. Belakang rumah berbatasan dengan kalen (parit berukuran sedang) dan kolam pemancingan. Mana ada lahan dekat rumah yang bisa ditumbuhi pohon raksasa macam pohon duwet ini”.

“Ada, Reeeet. Itu lho, sebelah masjid”, jawabnya dengan senyum yang sudah melebar dari sebelumnya.

“Astagfirulloh. Kuburan, Yak?”, tanya saya dengan mata terbelalak.

Dalam hitungan detik, pecahlah tawa teman jahanam saya ini.

“Iyaaaaaaak”, seru saya sembari tertawa jengkel. Saya lupa nabok dia berapa kali, tapi kenangan akan duwet raksasa ini jadi salah satu moment lucu yang mengingatkan saya akan masa muda di kampus biru.

Duwet Legend (Dokumentasi Iya)
Duwet Legend (Dokumentasi Iya)

Dua dekade berlalu, kukira Iya sudah tobat. Ternyata belum, wkwkwk.

Samar-samar terdengar lirik Forever Youngnya Alphaville.

Forever young. I want to be forever young. Do you really want to live forever? Forever young.

Salam hangat dari Jogja,

-Retno-

Artikel ini adalah bagian dari latihan komunitas LFI supported by BRI.

Retno Septyorini

Perkenalkan, nama saya Retno Septyorini, biasa dipanggil Retno. Saya seorang content creator dari Jogja. Suka cerita, makan & jalan-jalan. Kalau ke Jogja bisa kabar-kabar ya..

YOU MIGHT ALSO LIKE

No Comment

Leaver your comment